Skip to main content

Kecanduan Gaji

Ada penyakit baru lho.... gak baru-baru banget sih.... mungkin istilahnya aja yang baru, karena sebetulnya udah berabad-abad penyakit ini menghinggapi manusia, mungkin awalnya dari jaman revolusi industri di Prancis kali ya.

Penyakit ini bernama "kecanduan gaji" dimana pengidapnya akan sangat menanti-nanti waktunya gajian tiba. Tapi jangan salah, penyakit ini beda dengan materialisme atau konsumerisme. Kalau materialisme lebih pada seseorang yang mengukur segalanya dengan duit, konsumerisme hubungannya dengan perilaku yang boros, sedangkan kecanduan gaji ini lebih pada ketergantungannya pada gajian dan betapa mood-nya naik turun bergantung pada tanggal.

Beberapa gejalanya adalah sebagai berikut:
- Menghitung-hitung kapan tanggal gajian berikutnya
- Boros pada tanggal muda, hemat pada tanggal tua
- Menu makan bergantung tanggal: begitu gajian makan di resto, hari berikutnya warung padang, besok-besok warteg lah... tanggal-tanggal tua yaa bawa makan aja dari rumah, atau puasa dulu deh.
- Mau beli sesuatu, tunggu tanggal muda dulu
- Senyum manis di tanggal muda, kecut masam di tanggal tua

Nah, kalau salah satu saja dari gejala di atas ada pada diri kita... hati-hati... itu tandanya kita udah kena penyakit "kecanduan gaji".

Obatnya...? nanti kita bahas ya...

Comments

Unknown said…
ada kecanduan rokok, kecanduan minuman keras eee ada kecanduan gaji

saya pisah kelaurga (jumat sore ke jogja, senin ke jakarta) nggak ngaruh sih mau tanggal muda atau tua kadang di warteg kadang di padang kadang ya nggak di resto

Popular posts from this blog

Perencanaan Keuangan Konvensional vs Syariah

Proses perencanaan keuangan syariah dimulai dari meluruskan niat, bahwa niatnya adalah untuk merencanakan masa depan tanpa melupakan unsur takdir. Usaha yang dibarengi kepasrahan ini disebut juga dengan tawakal. Dan tentu saja tujuan yang ingin dicapai klien bukan hanya mengejar kepentingan materi semata, tapi juga kesuksesan di akhirat ( al-falaah ). Tujuan keuangan klien pun disesuaikan prioritasnya dengan ajaran Islam, yaitu mendahulukan yang wajib di atas yang sunnah. Misalnya, seorang klien ingin memberikan dana haji untuk anak-anaknya, namun menyerahkan urusan perkawinan pada anak-anaknya masing-masing. Hal ini perlu diluruskan oleh perencana keuangan syariah. Karena menikahkan anak itu wajib, sedangkan menghajikan itu tidak wajib. Maka menyiapkan dana untuk menikahkan anak lebih prioritas daripada menyiapkan dana untuk menghajikan mereka. Aspek legalitas transaksi keuangan pun perlu juga diperhatikan. Agar jangan sampai melanggar atusan syariat seperti riba (bunga), maisyir (jud

If you wanna be rich & healthy, be happy…!

Dalam pandangan masyarakat pada umumnya, termasuk kita sendiri, tidak bisa kita hindari anggapan bahwa semakin kaya seseorang pastilah ia akan semakin bahagia. Atau dengan kata lain, kekayaan bisa mendatangkan kebahagiaan. Tapi ternyata, anggapan itu tidak selalu benar, meskipun juga tidak bisa kita bilang salah. Ada beberapa penelitian yang menarik untuk bahas berkaitan dengan hal ini: Penelitian dilakukan pada tahun 1957 di Amerika Serikat. Pada saat itu rata-rata penghasilan adalah 10.000USD dan kehidupan pada saat itu masih tanpa televisi, mesin cuci, atau perlengkapan rumah tangga yang canggih lainnya. 35% dari penduduk yang disurvey menyatakan bahwa kehidupan mereka pada saat itu “sangat bahagia”. Survey yang sama kemudian dilakukan pada tahun 2004 ketika rata-rata penghasilan penduduk Amerika sudah 3 kali lipatnya (inflasi telah disesuaikan) atau sekitar 30.000USD (dengan standar harga tahun 1957). Tentu saja pada tahun 2004 ini kehidupan mereka sudah lebih modern dengan rumah t

Investasi Berjamaah dengan Reksadana Syariah

Saya masih ingat sewaktu kecil dulu, ustadz mengajak kita untuk menegakkan sholat berjamaah. Sholat berjamaah itu lebih tinggi derajatnya 27 kali lipat daripada sholat sendirian, begitu katanya. Kekurangan-kekurangan kita dalam menjalankan ibadah sholat seperti bacaan yang kurang sempurna, kurang khusyuk dan sebagainya akan dilengkapi oleh jamaah yang lainnya. Begitu penjelasan ustadz. Ternyata prinsip ini rupanya relevan juga dengan dunia investasi. Dimana dalam investasi, jika melakukan investasi sendiri kita harus benar-benar menjalankan semuanya sendirian dengan baik. Jika tidak, bukannya untung didapat, mungkin malah rugi jadinya. Sedangkan investasi secara bersama-sama atau berjamaah, risikonya menjadi lebih rendah dan hasilnya pun lebih optimal. Misalnya saja ketika kita ingin menginvestasikan dana yang kita miliki di bursa saham. Walaupun sekarang ini dengan dana Rp 10 juta saja sudah bisa mulai buka rekening efek untuk transaksi di bursa saham, tapi untuk bisa optimal memang s