Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2008

To Give is To Receive

Saya cukup prihatin memperhatikan berita mengenai Idul Adha tahun ini. Yang paling memprihatinkan adalah "perebutan" kupon daging kurban di Polda Metro Jaya, lalu aksi loncat pagar di Masjid Agung Tegal karena sudah tidak sabar mengantri (padahal itu baru kupon saja yang dibagikan, belum dagingnya). Besoknya pintu gerbang Mabes Polri rusak karena didorong antrian daging kurban, sekitar seratus orang kecewa di Istiqlal karena tidak kebagian daging kurban. Liputan berita TV itu tentunya dilengkapi dengan berita juga bahwa beberapa masjid memotong lebih sedikit hewan kurban dibanding tahun lalu. Sorotan kini beralih ke penjual kambing dan sapi. Mereka pun mengaku jumlah hewan kurban yang terjual menurun dibanding tahun lalu. Alasannya mungkin karena saat ini sedang krisis. Karena krisis, lalu semakin sedikit orang yang berkurban. Dilihat sepintas, ide ini ada benarnya juga. Tapi itu kan pilihan kalimat untuk mereka yang membatasi rezekinya sendiri. Kenapa tidak berfikir sebalikn

Menyiasati Penghasilan yang Tidak Rutin

Beberapa bulan yang lalu, sms mampir masuk ke hape saya dan menanyakan mengenai Cashflow for Muslim. Hanya satu hal sederhana yang ditanyakan, tapi jawabannya jelas tidak sederhana, oleh karena itu saya tidak langsung menjawab pertanyaannya melalui sms. Alhamdulillah disertakan juga alamat imel dan blog-nya sehingga bisa saya follow-up. Pertanyaannya adalah, "bagaimana kalau penghasilan yang diterimanya tidak pasti?" Bukan kali ini saja pertanyaan ini diajukan, sudah seringkali pertanyaan ini diajukan melalui konsultasi di media masa, pada event seminar & pelatihan, talkshow radio & televisi, atau oleh klien saya langsung. Pada dasarnya, cashflow pengeluaran kita dapat dibagi menjadi dua macam. Ada pengeluaran yang sifatnya tetap, dan ada yang tidak tetap. Dalam kondisi norma, sebagian besar dari pengeluaran kita relatif tetap. Setidaknya dalam batasan tertentu, kita membayar tagihan listrik & telepon cenderung stabil, cicilan hutang juga biasanya fixed, sekolah a

Scarcity: semakin jarang, semakin dicari

Teori ekonomi menyatakan bahwa jika penawaran barang menurun, maka harga naik. Logikanya adalah, jika panen padi sedang gagal, sehingga persediaan beras berkurang di pasar, padahal semua orang Indonesia makan padi. Maka wajar sekali jika harga beras naik. Tapi ternyata, anehnya, konsumen lebih "memburu" suatu barang ketika barang itu "terbatas" ketersediaannya di pasar. Kosumen merasa lebih butuh terhadap suatu barang ketika barang itu sudah mulai sulit dicari di pasar. Walaupun barang kemudian harganya naik, dan walaupun bukan barang kebutuhan pokok. Kondisi "persediaan terbatas" ini ternyata dapat meningkatkan permintaan konsumen. Karena konsumen merasa jumlah barangnya terbatas, atau kesempatan untuk membelinya terbatas, maka konsumen menjadi merasa lebih perlu untuk membeli barang tersebut. Dan sebagai pengusaha, kita bisa memanfaatkan perilaku konsumen ini dengan menciptakan dengan sengaja kondisi keterbatasan ini. Eit, jangan berfikir untuk menimbung

Consumer Behavior

Consumer behavior , adalah disiplin ilmu yang sangat menarik sekali karena mempelajari perilaku konsumen dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan pembelanjaan. Ilmu ini harus dipelajari oleh setiap pengusaha yang ingin sukses dalam melakukan penjualan, dan perlu dipelajari oleh konsumen untuk terhindar dari loop-hole yang dipasang pedagang. Selain menggunakan istilah consumer behavior , dikenal juga istilah neuro-economics, psycho-economics, behavioral ecnomics , dll yang pada intinya sih menelusuri perilaku manusia yang berkaitan dengan proses pengambilan keputusannya ketika berbelanja, investasi dan keputusan lain yang berhubungan dengan keuangan. Kenapa pengusaha perlu mempelajari ilmu ini? Sudah jelas jawabannya, karena sebagai pengusaha kita tentu ingin tahu perilaku konsumen kita sehingga bisa menerapkan strategi yang jitu dalam berjualan. Dan sebagai konsumen, jangan sampai kita juga tidak mengetahui perilaku kita sendiri. Karena sebagai konsumen kita tentunya tidak ingi