Skip to main content

Perang..? Ujung-ujungnya duit juga...

Perang, atau lebih tepatnya penjajahan Irak, sudah mulai terlihat ujung pangkalnya ketika keluar pernyataan bahwa tentara Amerika akan segera keluar maksimal 2010 mendatang. Dari intelejen finansial, kita bisa melihat "kenapa" terjadi perang salah satunya adalah dengan melihat siapa sih yang diuntungkan di balik perang tersebut. Sekali lagi, ini hanya intelejen finansial saja, bukan politik atau agama.

Terlepas dari apapun alasan invasi terhadap Irak, mulai dari alasan bohong mencari senjata pemusnah masal, alasan menggulingkan pemimpin tidak demokratis, sampai kehabisan alasan sehingga sekarang mungkin cuma bisa bilang... "udah kepalang tanggung", kalau keluar sekarang maka AS akan kehilangan muka. Apapun alasannya, ternyata dibalik setiap perang, selalu ada uang. Bahkan ternyata, perang mungkin bisa jadi salah satu tools ekonomi makro untuk meningkatkan anggaran belanja negara, proyek padat karya untuk menyerap pengangguran, dan meningkatkan ekspor.

Begini ceritanya...

Krisis keuangan di AS sebetulnya sudah beberapa tahun terakhir ini dirasakan, bisa dibilang zaman pemerintahan Bush adalah yang paling parah ekonominya. Hutang luar negeri dan pengangguran cukup tinggi. Saking tingginya pengangguran, bahkan tentara yang sudah selesai masa dinas pun ingin masuk kembali menjadi tentara karena takut menjadi pengangguran kalau kembali ke dunia sipil. Tahun 2004 sampai 2008, ada peningkatan 20% orang yang mendaftar tentara. Terbukti, perang menyerap banyak tenaga kerja.

Perang bisa meningkatkan ekspor. Irak meneken kontrak pembelian senjata dalam jumlah yang sangat besar sebagai salah satu syarat tentara AS segera keluar dari Irak. Belum lama ini, Irak membeli armada pesawat F16, 24 helikopter tempur senilai 2,4 Milyar USD, serta tank dan peralatan tempur lainnya senilai 7,4 Milyar USD. Tahun 2008 lalu, total ekspor senjata AS senilai 34 Milyar USD, atau meningkat 45% dari tahun sebelumnya. Konsumen terbesarnya adalah Afghanistan (jajahan NATO), Arab Saudi (pelanggan setia sejak perang teluk pertama), Maroko, Mesir, dan tentu saja Irak. Israel tidak disebutkan mungkin karena banyak penjualan ke Israel bersifat rahasia. Tapi yang menarik adalah ketika konflik Gaza yang terakhir, dimana dunia internasional meminta dihentikannya agresi terhadap Palestina oleh Israel, AS malah mengirim persenjataan yang sangat besar ke Israel.

Bicara tentang agresi Israel ke Gaza baru-baru ini, Mesir seharusnya menjadi negara yang paling diharapkan untuk membela Palestina karena berbatasan langsung. Tapi ternyata Mesir malah menutup perbatasan dan membiarkan Israel membom tanah Mesir di sekitar perbatasan. Kenapa...? uang sekali lagi bicara.

Mesir ternyata punya perjanjian dengan AS. Bahwa Mesir harus menjual gas pada Israel dengan harga yang sangat murah dan membantu keamanan Israel, dengan imbalan produk Mesir bisa masuk pasar di AS. Lalu bagaimana prinsip perdagangan bebas yang digembar-gemborkan AS? itu sih biar produk AS masuk ke negara berkembang. Tapi kalau negara berkembang mau ekspor ke AS, lain lagi ceritanya. Harus lolos tes ini dan itu, sertifikasi ini dan itu, quality control lah alasannya, anti tenaga kerja anak-anak lah alasannya, dan lainnya. Intinya sih, proteksi juga untuk ekonomi mereka.

Kalau kita tengok sejarahnya Amerika, ekonominya bangkit luar biasa pasca Perang Dunia I pada tahun 1920-an. Namun karena penduduk Amerika sangat konsumtif dan gemar berhutang, kemakmuran itu segera berbalik arah menjadi depresi besar pada tahun 1929. Kondisi AS baru mulai pulih pada tahun 1932 ketika Roosevelt membuat banyak program padat karya dan infrastruktur untuk menyerap pengangguran dan memperbesar belanja negara agar ekonomi bergerak. Dan depresi ini seakan-akan berhenti begitu saja ketika Perang Dunia II dimulai. Karena hasil produksi pabrik dan pertanian digunakan untuk menyuplai keperluan perang, dan tenaga kerja pun lebih banyak lagi yang terserap. Perang membuat Amerika selamat dari depresi yang berkepanjangan.

Kembali ke awal tahun 2000-an, ekonomi AS sangat buruk sehingga perlu didorong dengan belanja pemerintah yang besar. Kalau tidak ada perang teluk, lalu perang sendirian mengejar al-Qaeda di Afghanistan, dan perang bohongan di Irak, mungkin krisis finansial sudah terjadi sejak awal tahun 2000-an dan tidak sekarang.

Dari tahun 2001 sampai dengan 2008, biaya perang oleh Amerika Serikat mencapai angka 904 Milyar USD. Bandingkan dengan APBN Amerika Serikat 2008 sebesar 500-an Milyar USD. Ini artinya anggaran perang selama 8 tahun hampir setara dengan 2 kali lipat anggaran negara selama 1 tahun. Berarti, rata-rata anggaran perang bisa mencapai seperempat anggaran belanja tahunan dari negara AS selama 8 tahun terakhir. Di tahun 2010, APBN AS meningkat pesat menjadi 3 Trilyun USD. Dimana anggaran untuk departemen pertahanan saja mencapai 500-an Milyar USD atau setara dengan APBN-AS tahun 2008.

Lho, bukankah kalau AS harus keluar banyak uang untuk perang artinya AS menjadi rugi?
Tidak juga... Pertama, perangnya di luar negeri semua, artinya ini sama saja dengan ekspor senjata dan ekspor tenaga kerja (tentara), karena perang itu pasti ada ganti ruginya kok di belakang. Dan biaya perang itu pasti akan kembali dengan cara menciptakan pemerintahan boneka yang patuh pada kebijakan ekonomi AS seperti Irak dan Afghanistan yang harus membeli persenjataan dari Amerika. Atau yang tidak dijajah tapi "dibantu" seperti Arab Saudi dan Kuwait pada Perang Teluk 1, dan Korea Selatan pada PD II.

Terus... darimana duitnya? gampang.... Pemerintah AS tinggal cetak uang dolar yang baru. Karena diedarkan di luar negeri dan dijadikan patokan oleh negara lain, jadi gak terlalu khawatir dengan inflasi. Atau mereka tinggal pinjam dari luar negeri, misalnya Cina yang kebanyakan uang karena industrinya maju pesat, tapi pelitnya bukan main sampai devisa menjadi yang terbesar sekarang ini. Jadi pemerintahnya nombokin dulu... lalu yang diuntungkan dengan perdagangan kemudian adalah pihak swastanya.

Kok pemerintah AS mau rugi dulu... terus yang untung malah swastanya?
Mau lah, lha wong yang ngatur pemerintahan AS (Bush dkk) itu kan para pengusaha swasta yang diuntungkan dengan adanya perang itu. Yuk kita liat datanya, siapa sih pengusaha yang diuntungkan oleh perang:

Perusahaan yang dapat order persenjataan terbesar adalah Lockheed Martin, yang mendapatkan proyek dari Pemerintah AS sebesar 14,7 Milyar USD selama tahun 2001 dan 17 Milyar USD tahun 2002. Pada Maret 2003 mereka mendapatkan lagi proyek 281 Milyar USD. Naik berapa kali lipat tuh jadinya?
Siapa di belakang Lockheed Martin? ternyata ada nama-nama Bruce Jakson (penasehat kampanye Bush), Chriss Williams ( dewan kebijakan pertahanan), dan Lynne Chenney (istri wapres) yang sebetulnya tidak kerja tapi hanya ikut rapat direksi saja beberapa kali setahun dan digaji ratusan ribu dolar.

Selain itu yang menarik adalah Halliburton (milik keluarga wapres Dick Cheney) diuntungkan dengan adanya perang karena mendapatkan kontrak senilai 2,2 Milyar USD pasca peristiwa 9/11. Dan paling menariknya adalah, Halliburton mendapatkan proyek tanpa tender untuk membangun kembali Irak yang "diperkirakan" akan hancur. Kenapa diperkirakan? karena kontraknya diberikan sebelum tentara AS masuk ke Baghdad dan menghancurkannya.

Irak adalah ladang minyak yang sangat besar, cocok sekali dengan Bush yang berasal dari Texas (ladang minyak terbesar di daratan AS), dan wakilnya Cheney yang punya perusahaan kontraktor minyak; sehingga keuntungan dari sektor perminyakan bisa dibilang sebagai hasil terbesar dari Perang Irak. Halliburton sendiri mendapatkan kontrak sebesar 1 Milyar USD untuk mengamankan ladang minyak Irak.

Karena kurangnya bukti, mungkin bisa dikategorikan fitnah kalau kita bilang bahwa perang sengaja diciptakan untuk kepentingan ekonomi. Tapi terlalu nyata untuk dibilang salah, bahwa ternyata AS sangat diuntungkan dengan adanya perang.

Siapapun yang berperang, dengan alasan apapun, kapanpun juga... yang diuntungkan adalah produsen senjata dan sekaligus juga produsen obat-obatan serta kontraktor pembangunan.

Comments

memang sih iu hanya akal2 bus ajah.....
aq hanya kasian ama mereka yang diirak mau ajah di adu domab so dengar2 waktu perang kataya banyak yang kagak setia...
Unknown said…
Saya dulu pernah baca analisis waktu irak nyerbu kuwait dan efeknya ke negara saudi dan kuwait serta umat islam dunia
Gozali said…
boleh dishare pak, dari sudut pandang keuangan tentunya...

Popular posts from this blog

Perencanaan Keuangan Konvensional vs Syariah

Proses perencanaan keuangan syariah dimulai dari meluruskan niat, bahwa niatnya adalah untuk merencanakan masa depan tanpa melupakan unsur takdir. Usaha yang dibarengi kepasrahan ini disebut juga dengan tawakal. Dan tentu saja tujuan yang ingin dicapai klien bukan hanya mengejar kepentingan materi semata, tapi juga kesuksesan di akhirat ( al-falaah ). Tujuan keuangan klien pun disesuaikan prioritasnya dengan ajaran Islam, yaitu mendahulukan yang wajib di atas yang sunnah. Misalnya, seorang klien ingin memberikan dana haji untuk anak-anaknya, namun menyerahkan urusan perkawinan pada anak-anaknya masing-masing. Hal ini perlu diluruskan oleh perencana keuangan syariah. Karena menikahkan anak itu wajib, sedangkan menghajikan itu tidak wajib. Maka menyiapkan dana untuk menikahkan anak lebih prioritas daripada menyiapkan dana untuk menghajikan mereka. Aspek legalitas transaksi keuangan pun perlu juga diperhatikan. Agar jangan sampai melanggar atusan syariat seperti riba (bunga), maisyir (jud

If you wanna be rich & healthy, be happy…!

Dalam pandangan masyarakat pada umumnya, termasuk kita sendiri, tidak bisa kita hindari anggapan bahwa semakin kaya seseorang pastilah ia akan semakin bahagia. Atau dengan kata lain, kekayaan bisa mendatangkan kebahagiaan. Tapi ternyata, anggapan itu tidak selalu benar, meskipun juga tidak bisa kita bilang salah. Ada beberapa penelitian yang menarik untuk bahas berkaitan dengan hal ini: Penelitian dilakukan pada tahun 1957 di Amerika Serikat. Pada saat itu rata-rata penghasilan adalah 10.000USD dan kehidupan pada saat itu masih tanpa televisi, mesin cuci, atau perlengkapan rumah tangga yang canggih lainnya. 35% dari penduduk yang disurvey menyatakan bahwa kehidupan mereka pada saat itu “sangat bahagia”. Survey yang sama kemudian dilakukan pada tahun 2004 ketika rata-rata penghasilan penduduk Amerika sudah 3 kali lipatnya (inflasi telah disesuaikan) atau sekitar 30.000USD (dengan standar harga tahun 1957). Tentu saja pada tahun 2004 ini kehidupan mereka sudah lebih modern dengan rumah t

Investasi Berjamaah dengan Reksadana Syariah

Saya masih ingat sewaktu kecil dulu, ustadz mengajak kita untuk menegakkan sholat berjamaah. Sholat berjamaah itu lebih tinggi derajatnya 27 kali lipat daripada sholat sendirian, begitu katanya. Kekurangan-kekurangan kita dalam menjalankan ibadah sholat seperti bacaan yang kurang sempurna, kurang khusyuk dan sebagainya akan dilengkapi oleh jamaah yang lainnya. Begitu penjelasan ustadz. Ternyata prinsip ini rupanya relevan juga dengan dunia investasi. Dimana dalam investasi, jika melakukan investasi sendiri kita harus benar-benar menjalankan semuanya sendirian dengan baik. Jika tidak, bukannya untung didapat, mungkin malah rugi jadinya. Sedangkan investasi secara bersama-sama atau berjamaah, risikonya menjadi lebih rendah dan hasilnya pun lebih optimal. Misalnya saja ketika kita ingin menginvestasikan dana yang kita miliki di bursa saham. Walaupun sekarang ini dengan dana Rp 10 juta saja sudah bisa mulai buka rekening efek untuk transaksi di bursa saham, tapi untuk bisa optimal memang s