Skip to main content

Sukuk Ritel Semakin Cantik

Kalau kita baca berita beberapa hari terakhir, ternyata Sukuk Ritel menjadi primadona di kalangan investor. Hanya dalam waktu seminggu lebih, para agen penjual sudah mencapai target dan minta tambahan jatah. Sampai saat ini, jatah yang ditambah itu pun sudah terlewati alias oversubsucribe. Kalau melihat pengalaman penerbitan ORI001, pemerintah sepertinya tidak akan memberikan batasan maksimal, semua permintaan masyarakat akan dipenuhi. Artinya, masih ada kesempatan untuk pesan sampai dengan hari jumat nanti, tidak perlu khawatir kehabisan.

Kenapa SR001 ini menjadi lebih menarik, ada beberapa faktor akhir-akhir ini yang memperkuat penampilan SR001:
  1. Penurunan Suku Bunga Bank Indonesia. Ini artinya suku bunga deposito akan terus turun, biasanya sih bagi hasil deposito di bank syariah juga akan ikut turun. Bahkan masih ada harapan dari para pengusaha agar BI menurunkan lagi suku bunganya. Artinya, dalam tahun ini kita masih melihat adanya trend suku bunga yang terus menurun. SR001 yang fixed ini tentunya jadi lebih menarik.
  2. Penurunan Suku Bunga Penjaminan LPS. Ini artinya penjaminan terhadap deposito menurun suku bunga maksimalnya. Deposito menjadi kurang menarik lagi. Dan suku bunga LPS ini biasanya ikut sejalan dengan suku bunga BI. Jadi ada trend penurunan juga dalam 1 tahun kedepan. Walaupun ini hanya akan mempengaruhi deposito konvensional, dan tidak mempengaruhi deposito syariah, tapi pasar deposito konvensional yang lebih besar akan tetap diserap oleh Sukuk.
  3. Penurunan Pajak Obligasi/Sukuk. Ini yang menarik, pajak obligasi (termasuk sukuk) yang tadinya 20% diturunkan jadi 15%. Padahal pajak deposito tetap 20%. Artinya, Sukuk menjadi lebih menarik lagi dibandingkan dengan deposito.
Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk mengajak ataupun merekomendasikan pembelian, melainkan hanya sebagai bahan pertimbangan saja. Rekomendasi pembelian tetap mengacu pada posting sebelumnya mengenai Sukuk Ritel ini. Tetap fokus dengan rencana keuangan Anda.

Comments

Popular posts from this blog

Perencanaan Keuangan Konvensional vs Syariah

Proses perencanaan keuangan syariah dimulai dari meluruskan niat, bahwa niatnya adalah untuk merencanakan masa depan tanpa melupakan unsur takdir. Usaha yang dibarengi kepasrahan ini disebut juga dengan tawakal. Dan tentu saja tujuan yang ingin dicapai klien bukan hanya mengejar kepentingan materi semata, tapi juga kesuksesan di akhirat ( al-falaah ). Tujuan keuangan klien pun disesuaikan prioritasnya dengan ajaran Islam, yaitu mendahulukan yang wajib di atas yang sunnah. Misalnya, seorang klien ingin memberikan dana haji untuk anak-anaknya, namun menyerahkan urusan perkawinan pada anak-anaknya masing-masing. Hal ini perlu diluruskan oleh perencana keuangan syariah. Karena menikahkan anak itu wajib, sedangkan menghajikan itu tidak wajib. Maka menyiapkan dana untuk menikahkan anak lebih prioritas daripada menyiapkan dana untuk menghajikan mereka. Aspek legalitas transaksi keuangan pun perlu juga diperhatikan. Agar jangan sampai melanggar atusan syariat seperti riba (bunga), maisyir (jud

If you wanna be rich & healthy, be happy…!

Dalam pandangan masyarakat pada umumnya, termasuk kita sendiri, tidak bisa kita hindari anggapan bahwa semakin kaya seseorang pastilah ia akan semakin bahagia. Atau dengan kata lain, kekayaan bisa mendatangkan kebahagiaan. Tapi ternyata, anggapan itu tidak selalu benar, meskipun juga tidak bisa kita bilang salah. Ada beberapa penelitian yang menarik untuk bahas berkaitan dengan hal ini: Penelitian dilakukan pada tahun 1957 di Amerika Serikat. Pada saat itu rata-rata penghasilan adalah 10.000USD dan kehidupan pada saat itu masih tanpa televisi, mesin cuci, atau perlengkapan rumah tangga yang canggih lainnya. 35% dari penduduk yang disurvey menyatakan bahwa kehidupan mereka pada saat itu “sangat bahagia”. Survey yang sama kemudian dilakukan pada tahun 2004 ketika rata-rata penghasilan penduduk Amerika sudah 3 kali lipatnya (inflasi telah disesuaikan) atau sekitar 30.000USD (dengan standar harga tahun 1957). Tentu saja pada tahun 2004 ini kehidupan mereka sudah lebih modern dengan rumah t

Investasi Berjamaah dengan Reksadana Syariah

Saya masih ingat sewaktu kecil dulu, ustadz mengajak kita untuk menegakkan sholat berjamaah. Sholat berjamaah itu lebih tinggi derajatnya 27 kali lipat daripada sholat sendirian, begitu katanya. Kekurangan-kekurangan kita dalam menjalankan ibadah sholat seperti bacaan yang kurang sempurna, kurang khusyuk dan sebagainya akan dilengkapi oleh jamaah yang lainnya. Begitu penjelasan ustadz. Ternyata prinsip ini rupanya relevan juga dengan dunia investasi. Dimana dalam investasi, jika melakukan investasi sendiri kita harus benar-benar menjalankan semuanya sendirian dengan baik. Jika tidak, bukannya untung didapat, mungkin malah rugi jadinya. Sedangkan investasi secara bersama-sama atau berjamaah, risikonya menjadi lebih rendah dan hasilnya pun lebih optimal. Misalnya saja ketika kita ingin menginvestasikan dana yang kita miliki di bursa saham. Walaupun sekarang ini dengan dana Rp 10 juta saja sudah bisa mulai buka rekening efek untuk transaksi di bursa saham, tapi untuk bisa optimal memang s