Skip to main content

Investasi & Sedekah

Meneruskan posting sebelumnya "Investasi vs Sedekah"... sebetulnya tidak perlu dipermasalahkan.

Mengenai sedekah, batasannya ada pada rasa ikhlas... dan yang paling tau adalah dirinya sendiri. Menyimpan uang juga batasannya adalah rasa khawatir... dan yang paling tau juga adalah dirinya sendiri. Kalau dia ikhlas menyedekahkan sebagian besar hartanya... insya Allah itu lebih baik untuknya. Tapi kalau keikhlasannya sudah mulai terganggu dengan rasa khawatirnya... maka disitulah batas keikhlasannya.

Rasulullah saw pernah menerima sedekah separuh harta Umar ra dan di saat yang lain menerima seluruh harta Abu Bakar ra, dan hanya Allah dan Rasulnya yang ditinggalkan untuk keluarganya. Tapi rasulullah juga pernah menolak sedekah dari sahabat yang lain yang ingin bersedekah dengan seluruh hartanya. Tapi Rasulullah menolak sedekah itu dengan alasan agar jangan sampai setelah bersedekah lalu dia kesulitan sampai harus meminta-minta. Apa yang membedakan Umar dan Abu Bakar dengan sahabat yang ketiga tersebut?

Wallahu'alam... tapi dari jawaban Rasulullah... saya melihat ada dua hal yang mungkin menjadi landasannya. Pertama, mungkin saja tingkat keikhlasan yang berbeda sehingga Rasulullah percaya bahwa Umar dan Abu Bakar bisa mensedekahkan separuh bahkan seluruh hartanya. Yang kedua, bisa jadi rasulullah melihat dari segi kapasitas finansial ketiga sahabatnya tersebut sehingga jangan sampai setelah bersedekah lalu malah sampai meminta-minta.

Mengenai membelanjakan harta di jalan Allah... apakah menabung itu berarti tidak membelanjakan harta di jalan Allah?

Kalau menyimpan tabungan di bawah kasur, atau menumpuk emas menganggur... ini jelas salah. Karena ekonomi menjadi stagnan tidak berputar. Ancamannya pun sudah jelas (QS.9:34-35). Uang itu seperti air... jika air mengalir, ia akan jernih dan suci lagi menyucikan. Tapi jika air dibendung dan diam, ia akan menjadi kotor dan bau.

Jika hartanya disimpan dalam tabungan di bank syariah, bukankah dengan itu lalu diputarkan dalam bentuk pembiayaan untuk orang lain. Atau digunakan sebagai modal usaha, lalu bertambahlah jumlah karyawan dan menafkahi orang banyak. Atau dibelikan kebun dan sawah, dan dengan itu ada buruh tani dan beras yang bermanfaat.

Menafkahkan harta di jalan Allah bisa dilihat dengan perspektif yang lebih luas... bukan hanya belanja konsumtif dan sedekah, tapi juga penyediaan modal kerja, pendidikan generasi masa depan, antisipasi masa depan (QS.12:47-49), bahkan warisan untuk mencegah anak-anak kita dari meminta pada orang lain (QS.4:9).

Wallahu'alam bishowab...

Comments

Popular posts from this blog

Perencanaan Keuangan Konvensional vs Syariah

Proses perencanaan keuangan syariah dimulai dari meluruskan niat, bahwa niatnya adalah untuk merencanakan masa depan tanpa melupakan unsur takdir. Usaha yang dibarengi kepasrahan ini disebut juga dengan tawakal. Dan tentu saja tujuan yang ingin dicapai klien bukan hanya mengejar kepentingan materi semata, tapi juga kesuksesan di akhirat ( al-falaah ). Tujuan keuangan klien pun disesuaikan prioritasnya dengan ajaran Islam, yaitu mendahulukan yang wajib di atas yang sunnah. Misalnya, seorang klien ingin memberikan dana haji untuk anak-anaknya, namun menyerahkan urusan perkawinan pada anak-anaknya masing-masing. Hal ini perlu diluruskan oleh perencana keuangan syariah. Karena menikahkan anak itu wajib, sedangkan menghajikan itu tidak wajib. Maka menyiapkan dana untuk menikahkan anak lebih prioritas daripada menyiapkan dana untuk menghajikan mereka. Aspek legalitas transaksi keuangan pun perlu juga diperhatikan. Agar jangan sampai melanggar atusan syariat seperti riba (bunga), maisyir (jud

If you wanna be rich & healthy, be happy…!

Dalam pandangan masyarakat pada umumnya, termasuk kita sendiri, tidak bisa kita hindari anggapan bahwa semakin kaya seseorang pastilah ia akan semakin bahagia. Atau dengan kata lain, kekayaan bisa mendatangkan kebahagiaan. Tapi ternyata, anggapan itu tidak selalu benar, meskipun juga tidak bisa kita bilang salah. Ada beberapa penelitian yang menarik untuk bahas berkaitan dengan hal ini: Penelitian dilakukan pada tahun 1957 di Amerika Serikat. Pada saat itu rata-rata penghasilan adalah 10.000USD dan kehidupan pada saat itu masih tanpa televisi, mesin cuci, atau perlengkapan rumah tangga yang canggih lainnya. 35% dari penduduk yang disurvey menyatakan bahwa kehidupan mereka pada saat itu “sangat bahagia”. Survey yang sama kemudian dilakukan pada tahun 2004 ketika rata-rata penghasilan penduduk Amerika sudah 3 kali lipatnya (inflasi telah disesuaikan) atau sekitar 30.000USD (dengan standar harga tahun 1957). Tentu saja pada tahun 2004 ini kehidupan mereka sudah lebih modern dengan rumah t

Investasi Berjamaah dengan Reksadana Syariah

Saya masih ingat sewaktu kecil dulu, ustadz mengajak kita untuk menegakkan sholat berjamaah. Sholat berjamaah itu lebih tinggi derajatnya 27 kali lipat daripada sholat sendirian, begitu katanya. Kekurangan-kekurangan kita dalam menjalankan ibadah sholat seperti bacaan yang kurang sempurna, kurang khusyuk dan sebagainya akan dilengkapi oleh jamaah yang lainnya. Begitu penjelasan ustadz. Ternyata prinsip ini rupanya relevan juga dengan dunia investasi. Dimana dalam investasi, jika melakukan investasi sendiri kita harus benar-benar menjalankan semuanya sendirian dengan baik. Jika tidak, bukannya untung didapat, mungkin malah rugi jadinya. Sedangkan investasi secara bersama-sama atau berjamaah, risikonya menjadi lebih rendah dan hasilnya pun lebih optimal. Misalnya saja ketika kita ingin menginvestasikan dana yang kita miliki di bursa saham. Walaupun sekarang ini dengan dana Rp 10 juta saja sudah bisa mulai buka rekening efek untuk transaksi di bursa saham, tapi untuk bisa optimal memang s