Skip to main content

Perencanaan Keuangan ala Nabi Yusuf AS

Topik perencanaan keuangan bisa dikatakan masih sangat baru di Indonesia. Padahal di negara maju seperti Amerika Serikat dan Singapura, Perencanaan Keuangan atau istilah kerennya Financial Planning ini sudah bukan lagi benda aneh. Tapi kalau kita jeli melihat sejarah, ternyata perencanaan keuangan ini sudah dipraktekan dengan baik sejak ribuan tahun yang lalu.
Alkisah pada suatu zaman di negeri Mesir. Seorang pemuda tampan dan baik dijebak dalam skandal yang melibatkan seorang istri pembesar Mesir. Singkat cerita, dijebloskanlah ia kedalam penjara atas kesalahan yang tidak dilakukannya.
Nabi dan Rasul yang benama Yusuf ini memiliki kelebihan yaitu bisa menafsirkan mimpi dengan tepat. Bukan ilmu sihir yang digunakannya, melainkan wahyu Allah yang menjadi landasannya. Sempat di dalam penjara ia menafsirkan mimpi dari dua orang penghuni penjara yang bertanya padanya. Ia pun menjelaskan bahwa salah seorang akan keluar dari penjara dan kembali menjadi tukang kebun istana. Sedangkan salah seorang lagi akan segera dieksekusi dengan kejam. Dan mimpi itu betul menjadi kenyataan, seorang bendahara kerajaan yang terbukti korupsi dihukum salib dan bangkainya dibiarkan dimakan oleh burung. Sedangkan seorang tukang kebun istana dibebaskan dari penjara karena tidak terbukti kesalahannya. Sebelum tukang kebun tersebut dibebaskan, Nabu Yusuf as sempat bertitip pesan agar ia menyampaikan pada raja bahwa banyak penghuni penjara yang sebetulnya tidak bersalah dan perlu mendapat perhatian Raja.
Namun entah karena lupa, atau terlalu senang bebas dari penjara, tukang kebun itu lalai menyampaikan pesan Yusuf pada raja. Tahun demi tahun berlanjut, Yusuf masih tetap di dalam penjara. Sampai suatu hari, sang Raja bermimpi. Suatu mimpi yang aneh karena tiada seorang pun orang pintar yang dipanggil ke istana bisa menafsirkan mimpi tersebut. Raja bermimpi bahwa ia melihat tujuh ekor sapi yang gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi yang kurus. Dan Raja juga melihat dalam mimpinya tujuh tangkai gandum yang subur, dan tujuh tangkai gandum yang kurus.
Hari-hari selanjutnya Raja tetap gelisah karena tak ada seorang pun yang bisa menafsirkan mimpi ini. Barulah kemudian si tukang kebun tadi teringat dan angkat bicara pada sang raja. “Ya Tuanku, di dalam penjara ada seorang pemuda yang mulia, mempunyai pikiran yang dalam, pandangan yang luas, dan dapat menafsirkan mimpi dengan tepat.”
Singkat cerita, Yusuf pun menafsirkan mimpi raja. Negara akan menghadapi masa sejahtera selama 7 tahun berturut-turut. Panen berhasil dengan baik, ternak berkembang biak, dan tanam-tanaman tumbuh dengan subur. Seusainya, musim paceklik akan tiba selama 7 tahun berturut-turut pula setelah masa subur. Udara panas dan kering, tumbuhan tidak berbuah, ternak kurus kekurangan makan dan air, dan manusia pun akan mengalam kelaparan. Setelah tujuh tahun berlalu, barulah kemudian masa subur datang kembali. Pesan Yusuf kemudian, jika tafsir mimpi ini benar, hendaklah negara menyimpan gandumnya dan persediaan yang lainnya ketika masa subur datang. Agar pada masa paceklik nanti, tersedia pangan yang cukup dan tidak terjadi kelaparan.
Mendengar tafsir tersebut, Raja senang luar biasa dan membebaskan Yusuf dari penjara. Kesempatan ini dimanfaatkan Yusuf untuk memulihkan nama baiknya. Di depan Raja, ia minta kepada para saksi untuk mengatakan yang sejujur-jujurnya mengenai tuduhan yang ditimpakan padanya. Dan semua saksi, termasuk yang memfitnahnya dulu, mengatakan bahwa Yusuf sesungguhnya tidak bersalah dan ia memiliki akhlak yang terpuji.
Melihat kecerdasan Yusuf dan akhlaknya yang terpuji, raja pun mengangkat Yusuf menjadi salah seorang menteri yang berkuasa. Yusuf tahu bahwa makanan dan uang lah yang menjadi pokok pangkal kemakmuran dan kesengsaraan suatu bangsa. Dia pun meminta agar ditempatkan sebagai salah seorang menteri yang bertanggungjawab atas kemakmuran ekonomi dan keuangan.
Atas kewenangan yang dimilikinya dan pengetahuannya akan tafsir mimpi raja, Nabi Yusuf pun mengatur agar persediaan pangan disimpan dengan baik selama masa subur ini. Lumbung-lumbung pun dibangun, para petani diminta untuk tidak terlena dan terus meningkatkan produktifitas selama masa subur, penduduk negeri diminta untuk berhemat dan bersiap menghadapi masa sulit nanti.
Tujuh tahun kemudian, sesuai dengan tafsir mimpinya, masa paceklik pun tiba. Udara panas terik tanpa hujan. Ladang kering dan ternak pun mati. Walaupun tak ada panen dan ternak, penduduk Mesir kala itu tidak mengalami kelaparan karena persediaan pangan yang disimpan cukup memadai untuk penduduk seluruh negeri. Tidak sia-sia usaha Nabi Yusuf as memimpin dengan bijaksana untuk mengadakan persiapan menghadapi masa sulit yang sudah diprediksi sebelumnya.
Ternyata, bukan hanya Mesir yang mengalami musim paceklik. Negeri-negeri tetangga pun mengalami hal yang sama. Namun hanya Mesir yang memiliki kestabilan ekonomi karena perencanaan yang sudah dibuat dan dijalankan dengan baik. Kisahnya tidak berhenti sampai disini saja. Karena hal ini kemudian dijadikan sebagai pelajaran yang sangat berharga dalam pengelolaan kesejahteraan suatu bangsa hingga sekarang.
Sungguh kisah ini sarat dengan makna perencanaan keuangan. Bagaimana Nabi Yusuf as menyusun rencana dan strategi memanfaatkan masa subur dan menyimpan persediaan untuk menghadapi masa sulit kemudian.
Begitulah dalam kehidupan kita, terkadang masa subur datang, tidak jarang pula masa sulit menerpa. Masalahnya adalah, sudahkah kita mempersiapkan masa depan baik. Memang betul kita tidak dapat meramal apa yang akan terjadi di masa depan.
Tapi dengan mudah kita bisa memprediksi, bahwa 6 tahun setelah anak kita lahir ia sudah akan butuh biaya untuk masuk SD. 6 tahun kemudian ia akan masuk SMP. 3 tahun kemudian akan masuk SMA, dan 3 tahun selanjutnya ia masuk perguruan tinggi. Dengan mudah pula kita bisa memprediksi bahwa pada usia 55 tahun nanti, perusahaan sudah tidak akan mau memperkerjakan kita lagi. Tanpa pekerjaan, tanpa gaji.
Artinya, masa sulit sudah bisa prediksi kapan akan terjadi. Setidaknya kita bisa tahu bahwa di masa depan nanti kita butuh sumber finansial yang cukup besar seperti untuk pendidikan anak, dan sebagainya.
Belajar dari Nabi Yusuf as, kita tidak boleh diam saja dan membiarkan segala terjadi begitu saja. Perlu rencana dan strategi untuk menghadapi masa sulit. Itulah esensi dari perencanaan keuangan. Memanfaatkan masa sejahtera untuk menghadapi masa sulit.

Comments

Subhanawloh, materinya bagus sekali, saya izin copas ke blog saya http://asuransi-terbaik-syariah.blogspot.com yaa.
Terima kasih.
Gee said…
Nah klo kaya sya gmna nih gan,,sya bujang insya اَللّهُ desember 2014 sy ingin menikah,tp sampe sekarang saya masih suka sekali belanja ini dan itu ,,,sampe2 terkadang sy suka ribut dgn calon istri saya,,,akan tetapi setelah menikah nanti sy sepakat dgn calon istri utk menunda kehamilan dgn alasan sampe istri saya lulus kuliah dulu,,,nah kira2 musim paceklik saya dmana yah,,,dan pada saat apa....sedangkan sy sampe skrg msih berjuang utk mengumpulkan biaya utk menikah nanti dan sy rasa sy sedang paceklik skrg,,,mohon di jawab komentar saya..terima kasih..
Gee said…
Nah klo kaya sya gmna nih gan,,sya bujang insya اَللّهُ desember 2014 sy ingin menikah,tp sampe sekarang saya masih suka sekali belanja ini dan itu ,,,sampe2 terkadang sy suka ribut dgn calon istri saya,,,akan tetapi setelah menikah nanti sy sepakat dgn calon istri utk menunda kehamilan dgn alasan sampe istri saya lulus kuliah dulu,,,nah kira2 musim paceklik saya dmana yah,,,dan pada saat apa....sedangkan sy sampe skrg msih berjuang utk mengumpulkan biaya utk menikah nanti dan sy rasa sy sedang paceklik skrg,,,mohon di jawab komentar saya..terima kasih..
Gee said…
Nah klo kaya sya gmna nih gan,,sya bujang insya اَللّهُ desember 2014 sy ingin menikah,tp sampe sekarang saya masih suka sekali belanja ini dan itu ,,,sampe2 terkadang sy suka ribut dgn calon istri saya,,,akan tetapi setelah menikah nanti sy sepakat dgn calon istri utk menunda kehamilan dgn alasan sampe istri saya lulus kuliah dulu,,,nah kira2 musim paceklik saya dmana yah,,,dan pada saat apa....sedangkan sy sampe skrg msih berjuang utk mengumpulkan biaya utk menikah nanti dan sy rasa sy sedang paceklik skrg,,,mohon di jawab komentar saya..terima kasih..

Popular posts from this blog

Perencanaan Keuangan Konvensional vs Syariah

Proses perencanaan keuangan syariah dimulai dari meluruskan niat, bahwa niatnya adalah untuk merencanakan masa depan tanpa melupakan unsur takdir. Usaha yang dibarengi kepasrahan ini disebut juga dengan tawakal. Dan tentu saja tujuan yang ingin dicapai klien bukan hanya mengejar kepentingan materi semata, tapi juga kesuksesan di akhirat ( al-falaah ). Tujuan keuangan klien pun disesuaikan prioritasnya dengan ajaran Islam, yaitu mendahulukan yang wajib di atas yang sunnah. Misalnya, seorang klien ingin memberikan dana haji untuk anak-anaknya, namun menyerahkan urusan perkawinan pada anak-anaknya masing-masing. Hal ini perlu diluruskan oleh perencana keuangan syariah. Karena menikahkan anak itu wajib, sedangkan menghajikan itu tidak wajib. Maka menyiapkan dana untuk menikahkan anak lebih prioritas daripada menyiapkan dana untuk menghajikan mereka. Aspek legalitas transaksi keuangan pun perlu juga diperhatikan. Agar jangan sampai melanggar atusan syariat seperti riba (bunga), maisyir (jud

If you wanna be rich & healthy, be happy…!

Dalam pandangan masyarakat pada umumnya, termasuk kita sendiri, tidak bisa kita hindari anggapan bahwa semakin kaya seseorang pastilah ia akan semakin bahagia. Atau dengan kata lain, kekayaan bisa mendatangkan kebahagiaan. Tapi ternyata, anggapan itu tidak selalu benar, meskipun juga tidak bisa kita bilang salah. Ada beberapa penelitian yang menarik untuk bahas berkaitan dengan hal ini: Penelitian dilakukan pada tahun 1957 di Amerika Serikat. Pada saat itu rata-rata penghasilan adalah 10.000USD dan kehidupan pada saat itu masih tanpa televisi, mesin cuci, atau perlengkapan rumah tangga yang canggih lainnya. 35% dari penduduk yang disurvey menyatakan bahwa kehidupan mereka pada saat itu “sangat bahagia”. Survey yang sama kemudian dilakukan pada tahun 2004 ketika rata-rata penghasilan penduduk Amerika sudah 3 kali lipatnya (inflasi telah disesuaikan) atau sekitar 30.000USD (dengan standar harga tahun 1957). Tentu saja pada tahun 2004 ini kehidupan mereka sudah lebih modern dengan rumah t

Investasi Berjamaah dengan Reksadana Syariah

Saya masih ingat sewaktu kecil dulu, ustadz mengajak kita untuk menegakkan sholat berjamaah. Sholat berjamaah itu lebih tinggi derajatnya 27 kali lipat daripada sholat sendirian, begitu katanya. Kekurangan-kekurangan kita dalam menjalankan ibadah sholat seperti bacaan yang kurang sempurna, kurang khusyuk dan sebagainya akan dilengkapi oleh jamaah yang lainnya. Begitu penjelasan ustadz. Ternyata prinsip ini rupanya relevan juga dengan dunia investasi. Dimana dalam investasi, jika melakukan investasi sendiri kita harus benar-benar menjalankan semuanya sendirian dengan baik. Jika tidak, bukannya untung didapat, mungkin malah rugi jadinya. Sedangkan investasi secara bersama-sama atau berjamaah, risikonya menjadi lebih rendah dan hasilnya pun lebih optimal. Misalnya saja ketika kita ingin menginvestasikan dana yang kita miliki di bursa saham. Walaupun sekarang ini dengan dana Rp 10 juta saja sudah bisa mulai buka rekening efek untuk transaksi di bursa saham, tapi untuk bisa optimal memang s